OPINI, GEBAY.co.id – Fenomena pergeseran perilaku wisatawan dari sekedar melepas rutinitas hingga beralih pada kebutuhan aktualisasi diri dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi.
Perkembangan media membawa kemudahan bagi wisatawan untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi dengan memanfaatkan berbagai media untuk menceritakan pengalamannya. Adapun bentuk karya tulis yang mendeskripsikan pengalaman perjalanan disebut travel writing.
Travel Writing merupakan bentuk catatan pengalaman perjalanan wisata yang terdiri dari karya sastra, salah satunya yaitu novel yang bersifat fiksi dan buku panduan perjalanan yang bersifat non fiksi (Nurdiyansah, 2014). Fian Damasdino (2018) mengatakan bahwa Travel Writing dalam bentuk novel dianggap memiliki kredibilitas tinggi, meskipun segmen pembaca khusus. Pembaca menganggap bahwa karya novel memiliki makna psikologis yang dapat membangkitkan emosi pembaca melalui sentuhan humor, nuansa romantis, kisah inspiratis dan selalu mengajak pembaca untuk berimajinasi.
Novel memiliki peluang yang besar untuk menarik wisatawan. Beberapa karya novel yang menggambarkan daya tarik wisata nusantara antara lain yaitu Travel Writer Diaries oleh Teguh Sudarisman, Tahta Mahameru oleh Azzura Dayana, 5 cm oleh Dhonny Dhirgantoro dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka yang mengangkat kebudayaan minangkabau sehingga melalui novel tersebut diharapkan mampu menjadi pintu gerbang untuk membuat wisatawan tertarik tentang budaya Minangkabau (Pratama, Suwardi, Wardani 2007).
Anggota himpunan pengarang Indonesia (AKSARA), Titiek WS, mengatakan pemerintah seharusnya menempatkan penulis dan sastrawan sebagai ujung tombak bagi dunia pariwisawa. Sebab, mereka dapat mengangkat cerita kekayaan budaya suatu daerah dalam karyanya. Keterlibatan penulis dan sastrawan dapat dilakukan salah satunya melalui kunjungan ke beberapa daerah yang belum banyak tersentuh. Selain melalui kekayaan budaya promosi wisata melalui sastra juga dapat melalui gambaran kebudayaan daerah setempat seperti yang dilakukan oleh Hamka dalam novelnya yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Hamka menyelipakan keindahan-keindahan alam kota Padangpanjang dan Batipuh. Selain keindahan alam, Hamka juga mengambarkan tentang adat istiadat kebudayaan minang. Hamka juga menyebutkan latar Gelanggang Pacuan Kuda Bancalaweh yang kini menjadi tempat hiburan bagi masyarakat sekitar dan juga wisatawan.
Keindahan-keindahan alam dan kebudayaan adat yang tergambar dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck kemudian direalisasikan dalam bentuk film. Hal tersebut semakin menambah minat wisawan untuk datang berkunjung. Beberapa tempat yang menjadi latar yaitu Tarusan Kamang, Pacuan Kuda, Rumah Gadang Hayati, Surau Gadang dan Rumah Bang Muluk.
Kini sastra tidak hanya sebagai bacaan hiburan saja, namun sastra dapat memiliki hubungan dengan bidang lainnya termasuk bidang pariwisata. Sastra memberikan kontribusi dalam mempromosikan pariwisata sedangkan pariwisata memberikan inspirasi dalam penciptaan karya sastra.