Awas Pengaruh Hoax!! Selamatkan Pilkada Bengkulu 2024 Dengan Bijak Beretika Dalam Komunikasi Digital
Opini, Yogi Pratama Mahasiswa S1 Jurnalistik Universitas Bengkulu
OPINI, GEBAY.co.id, – Di era digital sekarang hampir semua orang sudah terhubung melalui teknologi. Salah satunya gadget memudahkan akses informasi, komunikasi, dan aktivitas lainnya. Namun, kemudahan ini memiliki ancaman besar yaitu penyebaran hoax. Berita hoax yang beredar cepat di media sosial bisa menyesatkan publik dan merusak kepercayaan terhadap informasi yang benar. Terutama di tahun 2024 disaat peristiwa penting seperti Pilkada Provinsi Bengkulu perlu menyikapi informasi dengan bijaksana.
Penyebaran berita hoax marak dimulai sebelum Pemilu 2024 hingga saat ini. Media sosial mulanya dimaksudkan untuk mempermudah komunikasi kini justru menjadi ladang subur tantangan utama bagi penyebaran informasi palsu. Akibatnya algoritma memperbesar berita yang paling banyak dilihat menjadikan hoax lebih sulit dideteksi. Oleh karena itu masyarakat Bengkulu membutuhkan literasi digital berguna untuk mencegah terjebaknya masyarakat dalam perangkap hoax. Setiap individu harus dibekali sikap kritis dalam memverifikasi data informasi sebelum menyebarluaskannya.
Berita yang dipublikasikan mempengaruhi penerima informasi seperti jarum suntik. Hal ini merupakan teori yang diperkenalkan oleh Harold Lasswell tahun 1920-an yaitu Teory Hipodermic. Maka jika terjadi penyebaran berita hoax banyak khalayak menjadi korban karena pengaruh informasi yang sangat kuat seperti “jarum suntik” yang langsung masuk ke dalam pikiran audiens.
Masyarakat sangat membutuhkan literasi digital untuk itu pemerintahan dan komunitas digital seperti jurnalis wajib untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka sebelum dilakukan pemilihan wajib adakan sosialisasi kepada kelompok masyarakat yang rentan terhadap penyebaran berita hoax. Kelompok rentan ini seperti lansia dan kaum muda yang baru mengenal media digital sering kali menjadi sasaran hoax. Oleh karena itu pendekatan edukasi kepada mereka perlu dilakukan.
Pilkada 2024 membutuhkan pemilih yang cerdas bukan hanya yang terbiasa dengan teknologi, tetapi yang mampu menyaring informasi dengan bijak. Untuk menguatkan pemahaman dalam penguatan digital masyarakat perlu memahami empat pilar literasi digital agar memiliki attitude saat menggunakan komunikasi digital. Pertama, Digital Ethicts kemampuan menyadari, menyesuaikan, dan menerapkan etika dalam berinteraksi di dunia digital. Kedua, Digital Culture pemahaman teknologi digital mempengaruhi cara kita berinteraksi, berperilaku, dan berkomunikasi. Ketiga, Digital Skill kemampuan untuk menggunakan teknologi digital secara efektif dan efisen. Dan terakhir, Digital Safety pengetahuan dan praktik untuk melindungi diri saat menggunakan teknologi digital.
Pemerintah dan lembaga terkait juga harus memperketat regulasi dan meningkatkan sosialisasi tentang dampak informasi palsu. Dengan langkah-langkah ini kita bisa menjaga keaslian informasi dan memastikan Pilkada Bengkulu 2024 berjalan dengan aman dan damai. Sebagai pemilih bermartabat harus dapat menyikapi dengan bijak atas penyebaran informasi serta tidak menjadi fomo sekedar memilih ikut-ikutan. Ingat lima tahun kedepan akan merasa kesulitan jika pilihan karena hilang harga diri dengan menerima serangan fajar.