JAKARTA, GEBAY.co.id, – Dikutip dari laman detik.com, ada tiga mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melakukan sebuah penelitian tentang keberadaan manusia kerdil di Bengkulu Selatan. Mereka meneliti satu desa yakni Palak Siring kecamatan Kedurang dan Padang Guci.
Ketiga mahasiswa UNY tersebut adalah Arif Hidayat prodi ilmu komunikasi, Giovani Eka Meilia prodi pendidikan luar biasa dan Muhammad Agusti Saputra prodi psikologi.
Latar belakang penelitian
Penelitian manusia kerdil atau disebut juga dengan dwarfisme yang dilakukan tiga mahasiswa UNY bukanlah tanpa alasan.
Dwarfisme atau cebol terjadi karena faktor genetik dan kurangnya hormon pertumbuhan dalam tubuh. Sehingga figur yang paling menonjol dari dwarfisme adalah bentuk dan ukuran tubuh.
Oleh karena itu sering muncul stigma negatif mengenai dwarfisme dalam masyarakat. Bahkan tak jarang masyarakat memarginalkan mereka atas dasar fisik mereka yang berbeda.
Dwarfisme juga sering menjadi sasaran pelecehan, cemooh, dan kekerasan dari anggota masyarakat saat bekerja, bepergian, atau saat menjalankan aktivitas kesehariannya.
Dengan penelitian ini, mahasiswa UNY memiliki tujuan mengubah stigma negatif yang ada dengan meneliti keseharian atau aktivitas yang dilakukan.
Keberadaan manusia kerdil
Menurut salah satu anggota, Arif Hidayat, dwarfisme di Desa Palak Siring memiliki berbagai keunikan seperti mutasi gen dari pihak perempuan yang menyebabkan kondisi tubuh kerdil hingga keberadaan manusia kerdil yang semuanya bergender laki-laki.
“Kami ingin menulis buku monograf dan video dokumenter terkait penerimaan diri, eksistensi, dan komunikasi manusia kerdil di desa ini” kata Arif seperti dikutip dari laman resmi UNY, Jumat (8/10).
Dengan keseharian yang ditonjolkan, harapannya keberadaan manusia kerdil dapat dihormati dan dihargai tanpa pengecualian.
“Dengan begitu pemerintah Bengkulu Selatan tetap memperhatikan manusia kerdil yang ada di wilayahnya agar tetap bisa diakui keberadaannya,” tuturnya.
Anggota tim UNY yang lain, Giovani Eka Meilia menambahkan bahwa mereka menggunakan beberapa variabel dalam penelitian ini sebagai alat untuk melihat dan mengetahui bagaimana kemampuan dalam komunikasi antar-pribadi, di antaranya:
– sumber referensi digital
– wawancara
– angket tertutup
– angket interpersonal communication.
“Pertimbangan atau kriteria dalam pemilihan subjek yaitu cara berkomunikasi, pola kehidupan, dan bentuk interaksi di Desa Palak Siring yang menginterpretasikan akan dirinya dengan kondisi yang kerdil serta didukung pola pikir, usia, dan pendidikan” ungkapnya.
Hasil penelitian terhadap manusia kerdil
Dalam kesempatan yang sama, Muhammad Agusti Saputra jug menjelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan masyarakat di Desa Palak Siring belum sepenuhnya menerima keberadaan manusia kerdil sebagai individu yang sama dengan yang lain.
Alhasil sebagai masyarakat sudah menerima akan kondisi tersebut namun sebagian kecil lain masih memberikan cemooh. Tapi menariknya, respon masyarakat tidak mempengaruhi tekad dwarfisme dalam belajar.
“Manusia kerdil di Desa Palak Siring memiliki tekad yang tinggi dalam menempuh pendidikan dan juga mampu berinteraksi dengan masyarakat lainnya dengan baik” paparnya.
Tak hanya itu, terdapat juga fakta bahwa mereka dwarfisme memiliki teman yang selalu mendukung dan membelanya dalam kesulitan apalagi ketika ada orang yang memberikan cemoohan.
Bahkan orang tua dwarfisme memberi respon yang sangat positif. Mereka memperlihatkan kebanggaan tersendiri akan anak yang memiliki kondisi berbeda di tengah masyarakat.
“Ketika ada yang memberikan cemoohan mereka cukup diam serta bersabar karena kondisi kerdil adalah pemberian dari Yang Maha Kuasa,” terang Muhammad Agusti.
Hal yang patut dicontoh adalah dari hasil penelitian, bahwa dwarfisme di Desa Palak Siring tidak pernah meluapkan amarah ketika mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang lain, dan cenderung sudah bisa menerima keadaan.
Manusia kerdil bergender laki-laki…
Manusia kerdil di Desa Palak Siring semuanya laki-laki
Kepala Desa Palak Siring, Rohadi menyebutkan, mayoritas warga di desanya berprofesi sebagai petani dan pekebun.
“Jumlah penduduk di Desa Palak Siring yaitu sebanyak 981 jiwa terdiri dari 542 laki-laki dan 439 perempuan dengan 6-15 orang kerdil di Desa Palak Siring dan 30 orang di Kedurang,” jelasnya.
Uniknya, dari semua dwarfisme yang ada, berdasarkan keterangan Rohadi, semuanya adalah laki-laki.
“Tidak ada perempuan semua laki-laki” imbuhnya.
Terkait akses dalam berbagai bidang dalam masyarakat, menurut Rohadi dwarfisme di Desa Palak Siring tidak menemui hambatan. Mereka bisa mengakses pendidikan, sama halnya dengan yang lain.
Manusia kerdil juga mampu mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang ada, dan juga memiliki media sosial seperti Whatsapp, Facebook, Instagram, Youtube, dan Twitter.
“Mereka berkeinginan untuk bisa dikenal oleh banyak orang dan salah satunya menggunakan media sosial untuk mengenalkan diri dan berinteraksi ke orang lain,” tutupnya.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan mahasiswa UNY ini berhasil meraih dana Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbud Ristek dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Sosial Humaniora.
Penelitian ini juga lolos seleksi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) yang dilaksanakan akhir Oktober secara daring. Hal ini menjadi salah satu upaya UNY dalam tujuan pembangunan berkelanjutan pada bidang pendidikan bermutu. (faz/lus/detik.com)
link sumber berita : https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5759951/ada-manusia-kerdil-di-bengkulu-selatan-ini-penelitian-mahasiswa-uny?single=1