Menakjubkan! Makna Bacaan Duduk di Antara Dua Sujud
Sholat merupakan ibadah wajib yang biasa dilakukan umat muslim setiap harinya. Setiap gerakan dan bacaannya memiliki nilai filosofi yang sangat dalam. Karena sejatinya sholat adalah percakapan yang paling indah antara Tuhan dengan hambanya. Namun tak jarang kita melakukan rutinitas sholat tanpa memahami makna bacaan yang kita ucapkan. Salah satunya doa duduk diantara dua sujud. Inilah doa duduk di antara dua sujud saat shalat:
“Robighfirlii, Warhamnii, Wajburnii, Warfa’nii, Warzuqni, Wahdini, Wa’aafinii, Wa’fuannii”
Artinya:
Ya Tuhanku ampunilah aku, sayangi aku, tutuplah aib-aibku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku dan maafkanlah aku.
Ketika orang ditanya : “Do’a apakah yang paling sering dibaca oleh se-orang muslim ? ”. Banyak yang menjawabnya dengan salah. Begitu seringnya do’a itu dibaca, hingga ketika sedang membaca do’a, banyak yang tak merasa kalau sedang berdo’a. Padahal do’a itu sangatlah dahsyat, mencakup kebutuhan kita di dunia dan akhirat. Dan dibaca minimal 17 kali setiap hari. Lalu bagaimana tata cara duduk diantara dua sujud yang benar dan apa makna yang indah dibalik bacaan yang kita baca setiap harinya, yuk simak.
Cara duduk di antara dua sujud yang dicontohkan oleh Rasullah SAW adalah dengan membentangkan kaki kirinya, lalu ia duduk di atas telapak kaki kirinya itu dan menegakkan telapak kaki kanannya serta menghadapkan jari-jari kaki kanannya ke arah kiblat.
Rasulullah SAW apabila bangun dari sujud, maka beliau membaca takbir. Setelah bangkit dari sujudnya, Rasulullah SAW pun melakukan duduk dengan tenang. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak sempurna sholat seseorang hingga dia sujud sampai ruas tulang belakangnya mapan, kemudian mengucapkan “Allahu Akbar” kemudian mengangkat kepalanya (bangkit dari sujud) hingga duduk dengan tegak.” (HR Abu Dawud No. 857).
Makna Bacaan Duduk di Antara Dua Sujud
Pertama Robighfirlii, “wahai Tuhan ampunilah dosaku.” Dosa adalah beban berat yang wajib dikurangi, bahkan dibuang. Karena dosa, hati menjadi kotor, bahkan mati. Dosa pula yang menjadi sebab seorang hamba malas beribadah. Perlu istighfar setiap waktu agar dosa-dosa itu gugur.
Kedua Warhamnii, “sayangilah diriku.” Tidak ada kasih sayang terindah di dunia ini selain kasih sayang Allah. Tidak pula kasih sayang manusia yang satu dengan yang lain, kasih sayang orang tua kepada anak, suami kepada istri, bahkan seseorang atas dirinya sendiri. Kasih sayang Allah jauh di atas segala kasih sayang.
Ketiga Wajburnii, “tutuplah segala aibku.” Siapakah yang mampu menutup aib seseorang selain Allah? Bersyukur sebab meski aib kita banyaknya tak terkira, Allah telah menutupnya dari hadapan manusia. Bayangkan andai setiap aib yang dilakukan manusia itu Allah tampakkan?
Keempat Warfa’nii, “tinggikanlah derajatku.” Siapakah yang mampu meninggikan derajat seorang hamba beriman kalau bukan Allah SWT? Apa yang terjadi jika manusia tidak punya derajat? Atau jika derajatnya sama dengan hewan? Lihatlah hewan ternak atau melata, adakah di antara makhluk itu mempunyai derajat di hadapan manusia? Tidak ada. Semua hewan tetap sama.
Kelima Warzuqnii, “berikanlah aku rezeki.” Jangankan makhluk bernama manusia, semut hitam kecil pun diberi rezeki oleh Allah Taala, apalagi manusia yang Ia ciptakan sebagai wakil-Nya di muka bumi ini. Sebagai seorang hamba, pasti kita membutuhkan rezeki dan Allah adalah satu-satunya sumber rezeki itu. Untuk mendapatkan rezeki yang berkah, seorang Muslim harus memperhatikan halal haramnya. Sebab, dengan rezeki itulah ia akan semakin bersyukur kepada Allah SWT.
Keenam Wahdini, “berikanlah aku petunjuk ke jalan kebahagiaan.” Petunjuk adalah hal terpenting dalam hidup seorang hamba. Bagaimana seseorang bisa melakukan kebaikan jika dia tidak mempunyai petunjuk? Kita tidak hanya minta petunjuk yang berkaitan dengan akhirat, tapi juga minta petunjuk agar terhindar dari mengambil keputusan yang salah untuk kebahagiaan di dunia.
Ketujuh Wa’aafinii, “berikanlah aku kesehatan.” Bila seorang Muslim itu sehat fisik dan imannya, ia bisa memberi dan menambah kemaslahatan bagi yang lain. Tetapi, tentu saja tidak bisa berbuat kemaslahatan maksimal ketika Allah SWT mengujinya dengan sakit.
Kedelapan Wa’fuannii, “Maafkan segala kesalahanku.” Allah SWT Maha pemaaf kepada setiap hamba-Nya. Sejatinya manusia tak mendendam kepada manusia lain selama akidah keimanannya tidak diusik. Islam dan umatnya cinta damai serta senang memaafkan. Karena itulah contoh dari Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Itulah makna yang
sangat luar biasa dari bacaan duduk diantara dua sujud. Terkadang yang menjadi persoalan, dimana hati dan pikiran kita, ketika kita membaca do’a itu dan kita tidak hafal arti serta maknanya ?. Padahal do’a tersebut dahsyat, dan masih banyak orang sering tergesa gesa yang seharusnya tuma’ninah dengan meresapi dan benar-benar meminta kepada Allah SWT. (Fitria Imelda)