Citizen Journalism

Selesaikan Masahal Diri, Siap Jadi Pemuda yang Berkontribusi

Opini

Penulis – Diah Wahyuningtias (D1C020011)

GEBAY.co.id, – Menjadi pemuda di tahun 2023, rasanya seperti permen nano- nano. Banyak sekali klaim anak muda tentang mental illness, masalah kejiwaan yang dewasa ini sudah menjadi bahasan yang umum dibahas di tongkrongan anak muda. Maka dari itu akhirnya banyak sekali seminar ataupun webinar yang mengangkat tema tentang mental illness dan permsalahan- permasalahan pemuda saat ini. Bahkan tak hanya itu, sekarang pasar pun mengikuti tren ini yang diaplikasikan melalui buku, film, ataupun lagu- lagu. Contohnya lagunya adalah lagu Tutur batin dari Yura Yunita,atau lagu secukupnya dari Hindia. Yang dalam salah satu kutipan liriknya seperti merepresentasikan keadaan kebanyakan dari kita, yaitu “kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang”.

Hari ini,semua pemuda rasanya ingin menjadi orang yang paling dimengerti. Semua yang ada harus paham kondisinya.” Semua harus tentang aku, aku, dan aku”, begitu kata mereka dalam hati. Sehingga akhirnya muncul harapan bahwa mereka ingin dikuatkan, mendapat pelukan, mendapat kalimat semangat dari siapa pun itu. Akhir dari semua ini adalah banyaknya pemuda yang mudah sakit, pemuda yang lemah, pemuda yang susah mandiri, dan lain sebagainya.

Lantas pertanyaannya bagaimana seorang pemuda siap berkontribusi kalau dengan diri sendiri saja belum selesai- selesai.
Selain hal- hal tadi, sebenarnya banyak faktor pendukung kenapa pemuda belum bisa selesai dengan diri sendiri. Menurut Farah Qonita, salah seorang influence dan penulis buku, 3 hal yang menjadikan pemuda itu belum siap dengan dirinya sendiri yaitu, yang pertama adalah jiwa- jiwa yang tidak bebas, yang kedua tidak percaya dengan life hack yang sudah Tuhan tentukan, dan yang ketiga disetir dengan hawa nafsunya.

Pembahasan yang pertama, mengapa pemuda sekarang disebut memiliki jiwa yang tidak bebas alasannya simple, karena mereka tidak benar- benar menghamba pada Tuhan. Padahal Ketika kita hanya menghamba, berserah pada Allah semata, ketakutan akan hal lainnya bisa diatasi. Ketakutan karena dibawah pengawasan bos di kantor, karena di bawah pengawasan guru di ruang ujian, di bawah kuasa raja yang dictator, di bawah negara yang adidaya dan adikuasa.

Hal- hal semacam ini yang kemudian menjadikan pemuda atau bahkan manusia tidak memiliki jiwa- jiwa yang bebas. Menjadi pemuda di era ini mempunyai banyak sekali tantangan dan penuh dengan yang namanya persaingan. Kamu yang makan sate di Korea Selatan saja bisa jadi pembicaraan dua Wanita di sebuah desa kecil di Indonesia. Kamu yang punya badan sehat dan bagus, akan menjadi bahan insecure gadis gemuk yang hobinya scroll tiktok di kamarnya. Atau melihat seseorang yang memegang piala di atas podium sebuah acara besar juga akan menjadi bahan perbandingan ibu untuk anak- anaknya di rumah. Hal ini juga yang sebab karena seseorang tidak percaya dengan life hacks ataupun aturan hidup yang diberikan oleh Tuhan. Karena untuk umat beragama, agama adalah yang mengatur segala sesuatu tentang kita, dunia, dan akhirat nantinya.

Point selanjutnya adalah kegagalan karena kita disetir oleh hawa nafsu. Orang bijak pernah berkata bahwasannya nafsu itu seperti bayi yang menyusu. Untuk mengendalikannya tidak menyusu lagi adalah dengan menyapihnya. Maka lama- kelamaan bayi itu akan biasa. Begitupun dengan kita, jangan pernah menjadikan diri ini menjadi orang-orang yang konsumtif dan gila dengan gemerlapnya dunia.

Budayakan dulu hal yang penting, bukan yang diingin. Setelah semua hal ini sudah kita sadari, maka selanjutnya yang harus kita lakukan adalah menjadikan perubahan sebagai Langkah awal perbaikan diri dan perbaikan agama, dunia, dan kehidupan nantinya di akhirat yang kekal. Dengan kata lain yang simpelnya kita sebut, selesai dengan diri, siap berkontribusi. Tapi sebagai catatan, jangan terlalu focus untuk perbaikan diri tanpa pernah memulai kontribusi, jadilah yang bisa mengerjakannya bersama. Karena kita tidak pernah tau kapan kita selesai dengan diri sendiri. Maka, perbaiki sekalian mempraktekkannya. (D)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker