Pusaran Tarekat: Pentas Spiritualitas, Menjemput Takdir Peradaban Indonesia Emas
Oleh: Y u r m a r t i n
GEBAY, OPINI, – Tarekat dan Spritualitas
Tarekat itu, teknik (metode) dan edukasi struktural diri atas penghambaan dan kepastian ketauhidan dalam membentuk ketaatan terhadap Tuhan. Membersihkan halusnya perjalanan jiwa dan membentuk sempurnanya konstruksi terdalam hati.
Presisi amaliah lahir dan batinnya, di dasari oleh ikhlas, sadar, benar dan kerendahan diri. Sedangkan kurikulum edukasi ibadahnya, terkontektualisasi ke dalam zikir, pikir dan amal shaleh (Al-Qur’an dan Sunnah).
Tarekat menginisiasi nikmatnya iman melalui rasa yang terdidik. Perlakuan tersebut diberlakukan untuk menghilangkan keinginan dipuja dan dipuji. Meraup habis segala kesempatan dari luasnya ilmu Tuhan tanpa harus mengecilkan arti kepemilikan ilmu yang disandarkan terhadap banyak orang. Selalu mensyukuri nikmat hadirnya keberadaan dan perbedaan atas dasar penciptaan Sang Pencipta. Mengajarkan dan melatih terus menerus kesucian jiwa, kasih sayang dan cinta serta merekatkan nilai-nilai kemanusiaan yang saling menguatkan dan membutuhkan.
Pelaku tarekat, khususnya orang yang mengikrarkan diri pada jalan kesempurnaan sejati, akan senantiasa mawas diri dan menjaga hidupnya dari segala sesuatu yang dapat menimbulkan dosa terhadap penciptanya. Menjauhkan diri dari segala sesuatu yang tidak memiliki alasan untuk dilakukan dan berlepas daripada sesuatu yang dapat merugikan. Adanya niat dan perilaku ini, dilakukan atas dasar perintah Tuhan yang menegaskan bahwa, “Katakanlah, sesuatu yang sungguh-sungguh dilarang oleh Allah itu, adalah perbuatan keji (fawahisya) baik yang terbuka maupun yang tertutup” (Al-A’raf; 7: 33).
Terdapatnya penyebutan kata “terbuka” dan “tertutup,” merupakan bukti adanya kebutuhan untuk membersihkan tindakan lahir dan batin yang tersembunyi di dalam diri, dimana hanya hamba dan Tuhannya yang lebih mengetahui.
Karenanya, pekerjaan membersihkan diri dan hati dari segala niat dan kehendak perbuatan keji, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar betul-betul menghindari segala penyakit yang buruk (mazmumah) seperti, hawa, nafsu, dunia, iri, riak, takabur, dengki, tipu daya, ria, ingin dipuji, sombong, angkuh, tamak, kikir, loba, khianat, hasad, hasut, ujub, marah, dengki dan dendam.
Lalu menggantinya dengan menjadikan diri sebagai pribadi yang menegakkan segala sifat-sifat yang terpuji (mahmudah) dan diridhoi.
Pelaksanaan tersebut dilakukan dengan dilandasi rasa sabar dan bersandar atas ridho Allah, namun bukan berarti mengabaikan hak dan kewajiban hidupnya sebagai hamba. Senantiasa berkumpul bersama orang-orang yang hati dan lisannya tidak terlepas kepada Allah. Keadaan seperti ini, telah Allah jelaskan dalam firmannya, “[Wahai Muhammad], bersabarlah bersama orang-orang yang selalu menyeru Tuhan mereka siang dan malam yang semata-mata mengharap ridho-Nya. Jangan kau palingkan pandangan dari mereka karena mengharap kemewahan dunia, dan jangan mengikuti orang-orang yang hatinya Aku biarkan lalai dari mengingat-Ku dan lebih mengikuti hawa nafsunya, sehingga perbuatanmu melampaui batas” (Al-Kahfi; 18: 28).
Dengan demikian, yang harus diterima pertama kali adalah melakukan kembali perjalanan awal kenabian serta perjuangan beliau membawa Islam, dan yang kedua membangun prospek pengembangan Islam yang hakiki sebagai sebuah ajaran dan hukum pada masa kekinian dan dapat diterima sebagai sebuah internalisasi nilai di era baru peradaban modern.
Dengan selalu belajar mengembangkan diri terhadap sandaran dan perkembangan yang ada, tarekat dengan segala kemungkinannya yang terbuka untuk menghidupkan ruh Islam yang rahmatan lil alamin di era modern, akan mampu menciptakan tipologi baru dari model peribadahan kemanusiaan yang penuh keseimbangan dan kebahagiaan tanpa lari dari esensi ibadah hakiki itu sendiri. Selebihnya, tarekat sebagai sebuah metode ilmiah dan memiliki dasar yang faktual akan mendapatkan pengakuan atas kemashlahatan umat dalam menempatkan hukum dan ajaran sesuai dengan perkembangan peradaban, sekaligus mendapatkan tempat dan ketenangan di hati seluruh umat Islam.
Hal ini selaras terhadap isyarat Allah yang terdapat dalam surat Ali-Imran/3: 110 :
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَلَوْ امَنَ اَهْلُ الْكِـتبِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْـثَرُهُمُ الْفسِقُوْنَ (ال عمران : 110)
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (Bodoh dan Merugi).”
Kehadiran Tarekat Naqsyabandiyah dari dulunya, sekarang dan yang akan datang, umpama indahnya piranti hati yang menautkan keteguhan perasaan dan kecemerlangan dari jiwa-jiwa yang dulunya gersang bahkan hancur. Dari sini, tarekat Naqsyabandiyah menebarkan pesona harum bunga laksana taman surga, seperti derasnya air mercusuar yang terus menerus mengalir, merasuk dan menyatu sampai kepada lipatan-lipatan ruhaniyah yang tiada batas. Untuk itu, Tarekat Naqsyabandiyah Indonesia menawarkan secara tegas dan terbuka sebuah jalan utama yang memiliki pertanggungjawaban murni untuk dapat kembali sempurna ke hadapan Allah Tuhan Rabbul Alamin.
Ketua Dewan Mursyid Syekh Muhammad Ali Idris sebagai pimpinan tertinggi dan penerus Perkumpulan Pengajian Ilmu Tasawuf Tarekat Naqsyabandiyah Indonesia telah menegaskan bahwa, dalam edukasi dan pembelajaran bagi seorang hamba, dibutuhkan seorang mursyid yang lurus hatinya kepada Allah dan kuat ketaatan beribadahnya.
Sosok mursyid tersebut akan menjadi pembimbing ibadah dan ruhani seorang hamba dengan sangat hati-hati dan teruji. Menuntun secara terus menerus dan menjadi panutan semua murid yang belajar kepadanya. Mampu menumbuhkan kepribadian yang kuat dan tinggi terhadap hamba agar memberikan manfaat dan memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya di dalam masyarakat.
Melalui kepemimpinan mursyid, tarekat dan hamba yang belajar di dalamnya, harus selalu berjibaku menjadi garda terdepan untuk merawat dan menjaga kebaikan bangsa, terutama dalam membina keberpihakan terhadap perilaku dan mentalitas umat, meluruskan prasangka hidup dan kehidupan bagi orang-orang yang telah atau takut kehilangan arah agar kembali ke jalan Tuhannya serta secara perlahan tetapi pasti dan nyata dalam mengaplikasikan Al-Qur’an dan Sunnah yang menjadi tuntunan seluruh hamba-hamba Allah yang beragama.
– Peradaban Indonesia Emas
Kehadiran tarekat naqsyabandiyah dalam perjuangan dan peran sertanya terhadap bangsa dan negara, berpegang teguh terhadap hukum dan aturan yang berlaku di negara Indonesia. Hal ini berlaku selaras atas dasar visi dan misi yang dibawa oleh para pemegang mandat (silsilah) tarekat sebelumnya. Sedangkan kepentingannya untuk menjadikan Tarekat Naqsyabandiyah sebagai rumah besar umat dalam melaksanakan kepatuhan dan ketaatan. Indikator tersebut, terlihat dari persebaran implementasinya akhlak budi dan pencerdasan diri dari seluruh pelaku tarekat dalam menjalankan amanah khalifatullah fill Ardh. Selanjutnya, menjaga keseimbangan hidup dan memperluas wawasan dengan mengangkat nilai (ruh) ketuhanan di dalam hati hamba yang beriman di seluruh lapisan masyarakat.
Upaya tersebut, dimaksimalkan, dengan langkah-langkah pelestarian tujuan tarekat sebagai sebuah tuntunan utuh dalam menyebarkan perangkat Iman, Islam dan ikhsan. Membudayakan semangat tertulis serta penghargaan terhadap pengabdian dan perjuangan seseorang.
Membiasakan diri untuk selalu mengumpulkan dan mengabadikan catatan-catatan yang berserakan mengenai tarekat dan melakukan upaya-upaya positif dalam mengidentifikasi sejarah perjuangan tarekat demi dan untuk tumbuhnya semangat (ghiroh) membaca dan mengabdikan diri dalam pengukuhan nilai emosional dan peran sosial yang utuh terhadap ketuhanan.
Kemudian tanpa di himbau atau di minta, ikut serta dalam hal pelaksanaan pemerataan pembangunan bangsa dan sumber daya manusia, sosial budaya dan kearifan lokal sebagai sebuah anugerah yang diberikan Allah. Membuka ruang seluas-luasnya untuk berkiprah memajukan daerah, mendukung program pemerintah seutuhnya, mengangkat pemanfaatan energi terbarukan dan turut serta melaksanakan perdamaian dunia demi kesejahteraan seluruh umat manusia.
Bersama-sama memelihara stabilitas pendidikan, politik, ekonomi, pertahanan dan hubungan bilateral antar negara. Mendoakan yang terbaik dalam memajukan masa depan bangsa di mata dunia, agar tertancap khidmat yang tak tergoyahkan bagi tumpah darah Indonesia dan menjadi negara yang disegani dan ditakuti, hingga tercapai cita-cita hakiki dan dinyatakan oleh Tuhan, dalam menjemput Takdir Peradaban Indonesia Emas.
Aksi dan akselerasi tarekat pada khususnya, merupakan bentuk kesepahaman bersama untuk terus bergerak dan berjuang menegakkan kalimah Allah. Sekaligus ultimatum dalam menghempaskan dan menghancurkan segala bentuk kejahatan, keserakahan dan kebatilan, terutama yang ingin menghancurkan kedaulatan bangsa dan negara Indonesia.
Sementara itu, jangkauan umum yang ingin diraih dalam persebarannya adalah menjadikan gerakan dakwah zikrullah sebagai representasi keberimanan dan kepedulian sesama hamba, masyarakat, negara dan dunia. Karena itu, Tarekat Naqsyabandiyah Indonesia dalam resolusi terbukanya sebagai penjaga moral umat (moral force) harus benar-benar menjadi contoh dan teladan keberpihakan terhadap kepentingan umat, masyarakat dan negara itu sendiri.
Semua kekuatan itu, terlahir dari hakikat kebenaran langit yang berpegang teguh pada garis keilmuan dan silsilah yang haq, di bawah komando kepemimpinan yang sah, yakni Syekh Muhammad Ali Idris yang melekat kuat dalam setiap didikan, arahan dan perjuangan keimanan menyelamatkan hamba Tuhan. Dengan demikian, sejatinya proses perjuangan dilakukan karena keikhlasan dan semata-mata hanya untuk mendapatkan keridhoan Tuhan.
Penulis adalah,
– Pembimbing dan Penggiat Tasawuf di PPITTNI Asuhan Buya Syekh Muhammad Rasyidsyah Fandi.